TRAUMA THORAKS
Konsep utama dalam pertimbangan trauma thorak adalah mengenal bahwa sering berkaitan dengan injury lain dan meliputi sistem organ kulit, muskuloskeletal, cardiovaskuler, dan respiratory. Trauma tumpul berat terhadap thorak merupakan suatu keadaan yang harus didiagnosis secara cepat dan benar dalam hitungan menit begitu tiba dapat membedakan antara bertahan atau mati.
A. Tindakan keperawatan segera
Penting sekali bagi pasien mendapatkan kesempatan yang optimum untuk hasil yang positif personel emergency emergency departement (ED) menjamin jalan nafas adekuat segera dengan pemberian high flow oxygen dengan nonrebreathing mask (NRM), mengevaluasinya secara cepat dan akurat, memberi tahu dokter, menilai vital signs, memasang infus di 2 tempat dan menyiapkan pasien untuk pemeriksaan dan prosedur selanjutnya. Pasien tersebut harus dimonitor secara hati-hati untuk mendeteksi tanda awal kem unduran , dengan sering melakukan asukultasi thorak dan abdomen, secara kontinyu mengkaji tingkat kesadaran/ level of consciousness), dan analisa gas darah (AGD). Perubahan AGD selalu muncul ketika terjaadi distres respiratori. Observasi secara visual saja dan hanya sendirian sering menyebabkan terafi terlambat dan beberapa pasien nampak kebingungan, gelisah, atau perubahan hebat, segeral menentukan AGD sebagai tahap awal evaluasi simptom tersebut. Hal yang penting juga adalah jangan menunggu sampai paisen mengalami kesulitan bernafas untuk mengawali high flow oxygen.
B. Pencegahan Aspirasi
Aspirasi merupakan penyebab umum distress pernafasan berat dan mematikan. Korban kecelakaan kendaraan bermotor/ motor vehicle accidents (VMAs) sering muntah dan aspirasi karena mereka sudah makan banyak atau makan beberapa jam sebelum trauma. Aspirasi asam lambung pada cabang brnkhus paru menyebabkan pneumonitis kimia, bisa serius meningkatkan edema dan insufisiensi serta secara cepat mengarah pada pembentukkna absces dan empyema. Partikel-partikel makanan di bronkhus dapat menyebabkan obstruksi alat-alat ventilasi dan mengakibatkan atelektase. Observasi keperawatan secara ketat dan intervensi yang cepat dengan posisi yang tepat serta suctioning yang adekuat dapat mengurangi terjadinya aspirasi.
C. Statistik Kesakitan dan Kematian Trauma Thorak
Injury thorak diperkirakan ¼ dari seluruh trauma sebagai penyebab kematian setiap tahunnya. 2/3 dari kematian itu terjadi setelah pasien tiba di rumah sakit, ini berarti adanya kegagalan provoder untuk mengenal luasnya injury atau komplikasi. Diperkirakan sekitar 80% trauma tumpul thorak berkaitan dengan kecelakaan lalulintas (KLL) dan mendadak decelerasi (akibat perlambatan/ menabrak); seluruh injury pada thorak, 40 % berhubungan dengan injury skeletal, 37% berkaitan dengan injury neurologikal dan 9 % berkaitan dengan hati dan limpa.
D. Bendera Merah
Mengindikasikan perhatian pada trauma thorak yang signifikan, memiliki risiko penurunan dan memerlukan intensive care unit (ICU) atau mengirimnya ke fasilitas trauma selanjutnya, dengan indikasi :
1. Trauma deselerasi pada kecepatan lebih dari 35 mil/jam, berkontribusi pada risiko tinggi ruptur aorta torak.
2. Fraktur tulang iga pertama, berkaitan dengan trauma subklavia dan aortik;
3. Fraktur tulang iga ke 6, dan ke 11 atau lebih dari 3, berkaitan dengan kontusio pulmonari luas, robekan parenkim dan kerusakan organ-organ didekatnya;
4. Kemungkinan aspirasi, mengarah pada atelektase atau pneumonitis kimia;
5. Kontusio pulmonal, mengarah pada potensial gagalnya perfusi.
E. Bantuan Nafas pada Trauma Thorak
Pasien-pasien dengan injuri maksilofasial, kepala dan thorak memerlukan strategi ventilasi khusus. Pasien lain dengan multiple injury dan komplikasi resusitasi (misalnya orang tua, penyakit kronis atau sedang dalam pemberian cairan yang besar atau blas injury atau terhirup gas beracun) juga memerlukan dukungan nafas.
F. Variabel-variabel Anatomi dan Fisiologi dalam Pengkajian Respiratori.
Kondisi diafragma akan memberikan penilaian terhadap injury dan pertimbangan ventilasi. Kubah kanan atau hemidiafragma terisi liver dan biasanya superior terhadap bagian kiri. Saat inspirasi penuh, diafragma sejajar tulang iga ke 6 sampai ke 8 anterior dan tulang iga ke 10 hingga 11 pada tulang iga posterior. Saat ekspirasi penuh, diafragma naik ke tulang iga ke 4 sampai tulang iga ke 5 anterior dan tulang vertebra thorakalis ke 10 posteriornya; oleh karen aitu beberepa keadaan robekan atau perforasi karena trauma thorak dibawah tulang iga ke 5 dapat mempengaruhi abdomen. Pentingnya juga untuk menyadari bahwa besarnya, fleksibilitas thorak dapat menampung air sekitar 4.000 ml, ketika sedang mengecil saja bisa menampung 1.000 ml.
G. Pedoman Pengkajian Awal
Pengkajian awal secara sistematik :
1. Observasi penyimpangan ventilasi, catat pergerakkan yang berlawanan dengan keadaan normal;
2. Palpasi trakhea untuk posisi berpindah dari garis tengah;
3. palpasi kedua karotis, hitung denyut nadi dan auskultasi suara bruits.
4. kaji vena-vena leher apakah ada distensi dengan posisi pasien membentuk sudut 45o dengan tempat tidurnya.
5. Catat adanya bunyi krepitasi di leher atau di atas thorak dan observasi adanya hematoma;
6. Palpasi dinding dada untuk ketidakstabilan bagian-bagian thorak dan catat pernafasan yang kelihatan hati-hati;
7. Perkusi thorak untuk suara-suara dulness atau hyperesonan, yang mengindikaskan akumulasi darah atau udara.
H. Evaluasi X-Ray Thorak
Foto x-ray merupakan nilai terbaik dalam penilaian thorak pada posisi tegak (pasien duduk 90o dengan menghadap kedepan), memungkinkan kesempatan mengidentifikasi darah atau cairan rongga pleura. Selain itu, batas jantung/ aorta tidak begitu menyimpang. Foto harus diteliti dengan cermat untuk indikasi spesifik trauma, misalnya fraktur tulang iga, pneumothorak, kontusio pulmonal (infiltrasi atau gambaran opak/buram pada foto), ruptur aorta ( dengan pelebaran mediastinum superior dan bagian atas aortik buran dan obliterasi/menghilang, perubahan tempat trakhea ke kiri dan perubahan tempat batang utama brnkhus). Atau terbukti peningkatan atelektase (seperti pada injuri trakheobronkhial).
I. Trauma Penetrasi dan Trauma Tumpul Thorak
Trauma thorak cukup berarti untuk membahayakan fungsi normal paru yang dikategorikan trauma tumpul atau tajam. Trauma tajam, merobek dinding thorak dan mengganggu/violate organ-organ intrathorak, mencakup luka tikaman dan peluru/bullet, pecahan peluru meriam/ sharpnel, dan trauma keras (violent) yang berkaitan dengan fraktur tulang iga. Luka tumpul atau injury nonpenetrasi, tidak merobek dinding dada, meliputi injuri karena stir mobil, injuri decelerasi (perlembatan) misalnya menabrak, jatuh dari ketinggian, injuri ledakan dinamit (blast) karena gelombang bertekanan positif yang sangat tinggi, dan trauma yang berkaitan dengan kekuatan terjepit atau putaran tubuh.
Trauma Penetrasi Thorak
Etiologi :
Integritas dinding thorak, tekanan negatif pleura, dan barrier bakteri akan berkurang ketika dinding thorak tertembus. Bahaya yang mengancam kehidupan ketika dinding thorak tertembus adalah pneumothorak terbuka, tension pneumothorak, dan hemothorak; semuanya memerlukan pengkajian yang cepat dan akurat dengan intervensi ventilasi yang akurat dan tersedianya respiratori emergency utama.
1. Hemothorak
Adanya darah bebas pada rongga pleura yang terjadi ketika injuri penetrasi laserasi pada pembuluh darah besar pulmonal. Biasanya didefinisikan sebagai akumulasi darah sekitar 1.500 sampai 2.000 mL di ruang pleura dan memerlukan intervensi yang segera dan agresif.
2. Open pneumothorax
Kondisi ini umumnya mengarah pada isapan luka thorak karena karakteristik suara dari udara yang bergerak melalui dinding thorak. Open pneumothorax umumnya diakibatkan dari trauma penetrasi thorak. Beberapa luka kecil bisa menutup sendiri (self-seal), tapi kerusakan yang besaar pada dinding thorak akan mengakibatkan sulitnya udara luar melewati langsung bagian yang rusak ke ruang pelura dan keluar lagi.
3. Tension pneumothorax
Jaringan yang robek pada luka penetrasi dapat berfungsi sebagai katup one-way, udara meningkat dan terperangkap di dalam rongga pleura dan menyebabkan tension pneumothorax terus berkembang. Rusak dinding thorak 2/3 diameter trakhea memungkinkan dari open pneumothorax ke tension pneumothorax kecuali kuersakan secara efektif tertutup.
Pengkajian dan Diagnosa Keperawatan
Mekanisme injury, kombinasi denbgan tanda-tanda klinik dan symptom, akan membantu pengkajian keperawatan denganmengantisipasi masalah-masalah lebih lanjut. Kita harus mengkaji :
Riwayat kecelakaan
Respiratory distress dengan pemendekkan nafas, dispnea dan nyeri thorax
Menunjukkan adanya tempat luka atau jaringan lembut injury.
Hisapan suara atau sinspirasi, menurunnya suara nafas atau tidak ada sama sekali (pada satu sisi yang dipengaruhi) secara perkusi.
Tanda-tanda shock (denyut nadi lebih dari 120x/menit, diaporesis, pallor, gelisah)
Tanda-tanda pneumothorax (deviasi trakhea, distensi vena leher, cyanosis dan peningkatan distress pernafasan.
Diagnosa Keperawatan pada kasus trauma thorak, umumnya :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan rupturnya dinding thorax
Inefektifnya pola nafas berhubungan dengan adanya ruptur dinding thorax.
Penurunan kardiak output akibat menurunkan venous return.
P[otensial defisit volume cairan
Injury (optensial kerusakan spina cervikal)
Nyeri berkaitan dengan dispnea dan kollps paru.
Masalah keperawatan (potensial infeksi)
Kecemasan berkaitan dengan dyspnea.
Intervensi Keperawatan
Poin-poin essensial prioritas pasien dengan trauma thorak penetrasi adalah :
4. Managemen airway
Gunakan oksigen supplemen high-flow segera dengan NRM dan cegah aspirasi. Selalu mengevaluasi kerusakan spina servikal sebelum mencoba melakukan hiperekstensi kepala untuk memposisikan airway atau intubasi.
5. Managemen perdarahan dan shock
Harus mempertimbangkan bila hemothorak yakin ada. Paru-paru merupakan resrvoir darah, sekitar 900 ml dari sirkulasi. Ketika trauma akan mengakomodasi 3 sampai 5 liter darah; satu hemithorak dapat menampung sekitar 3 liter. Jumlah keseluruhan darah diperlukan yang terlihat pada foto rontgen di thorak dalam posisi tegak sekitar 500 ml, sedangkan pada psosisi supine mencapai 1 liter darah.
a. Penggantian volume masif dengan infus dalam jumlah banyak dan infus kristaloid. Darah harus sejenis dan dilakukan crosstesst dulu; bila hemothorak masif, 8 unit darah disiapkan untuk diberikan. Kapasitan angkutan oksigen darah akan menurun bila sejumlah besar volume darah larutan kristaloid digunakan tanpa penambahan darah. Ini merupakan situasi yang disebut sebagai autotransfusion, dengan darah pasien sendiri rongga thorak didrainase ke ruang transfusi vakum, difiltrasi dan kembali ke intravena pasien, mengurangi risiko infeksi dari darah.
b. Pasang selang thorak melalui intercostal space (ics) ke 3, 4 atau ke 5 paa garis midaksila dihubungkan ke WSD. Secara otomatis, pusat perdarahan dapat tertampon dan berhenti. Bagaimanapun, kita harus menitornya secara ketat jumlah darah yang hilang dan biasanya diyakini bahwa 6 jam perdarahan berkisar 200 ml/ jam atau 12 jam perdarahan sekitar 100ml/jam merupakan indikasi untuk dilakukan operasi.
6. Managemen emeregency open pneumothorak dengan isapan luka thorak
a. Seal (tutup) luka dengan vaseline, kassa atau plastik, hal ini penting untuk menstabilkan mediastinum danmencegah shock akibat side-to-side shift, gangguan vena besar, dan kolaps paru, dengan menurunnya aliran balik vena dan menurunnya kardiak output. Seal harus dikeluarkan secara berkala untuk mencegah berkembangnya tension pneumothorax, dengan pasien diobseravsi secara ketat.
b. Pasang chest tube atau jarum besar (abocath no 10) pada ics ke 2 atau ke 3 di gairs midklavikula dan dihubungkan ke katup flutter (Heimlich valve). Lihat gambar.
7. Evaluasi kemungkinan injury organ lain
Kubah difragma normalnya ada disekitar ics ke 5 saat exhalasi; injury dibawah tulang iga ke 5 harus dipertimbangkan abdominal seperti thorak karena liver, limpa, ginjal dan usus bagian atas juga berada dekat dengan tulang iga. Perbaikan secara operasi injuri organ-organ intra abdomen dilakukan dengan thorakotomy (suatu insisi melalui dinding dada) viscera abdomen atas, mempertahankan ventilasi dengan intubasi endotrakehal tube (ET) dan ventilasi tekanan positif.
8. Observasi secara ketat
Bisa dibantu dengan foto rontgen setiap 4 jam dengan 2 seri. Foto rontgen harus menggambarkan saat inspirasi dan ekspirasi.
9. Analisa gas darah dan oksimetri
10. Antisipasi infeksi dari lubang yang terbuka
Empyema umumnya kejadian yang terlambat pada luka penetrasi dengan adanya benda asing. Antibiotik diberikan untuk mengantisipasi infeksi; tetanus toksoid harus selalu diberikan pada luka yang terkontmainasi.
Trauma Tumpul pada Thorak
1. Etiologi
Berasal dari tekanan langsung, perlambatan atau blast injury (hembusan/letusan bom) dapat merusak parenkim paru, struktur penopang dan pembuluh darah. Kontusio dan laserasi paru terjadi sekitar 30 sampai 75 % pada trauma tumpul; mortalitas kontusio pulmonal antara 14 dan 40%.
Trauma tumpul menyebabkan tekanan meknaik dari injury tersebar disemua area paru. Ketika terjadi perlambatan, terjadi kompressi, putaran (twisting) dan pengguntingan paa jaringan menyebabkan kontusio dan terjadi luka serius pada paru. Sekitar 7,5% korban trauma mengindikasikan aanya shock yang mematikan dengan komplikasi gagal nafas sekunder pada trauma thorak dengan mortalitas 73,1 %.
a. Kontusio pulmonal
Adult respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan potensial umum yang paling sering dan mematikan pada injury thorak. Hal mematikan terjadi karena mengakibatkan gagal nafas. Penanganan definitf kontusio pulmonal memerlukan monitoring yang ketat dan terus menerus.
Kerusakan parenkim paru, dengan adanya edema dan perdarahan tapi tanpa adanya laserai pulmonal akan mengakibatkan perkembangan kegagalan pertukaran gas. Hal ini muncul sekitar 1 sampai 6 jam; observasi dan monitoring keperawatan sangat diperlukan dengan pengenalan secara dini bahaya, intervensi dan bantuan pernafasan.
b. Hemopneumothorax
Walaupun jarang terjadi, kondisi ini muncul dengan adanya udara atau air pada rongga pleura. Hal ini sering akibat komplikasi trauma tumpul sekunder thorak terhadap parenkim dan pembuluh darah atau laserasi paru dari ujung fraktur tulang iga yang menusuk ke dalam akibat adanya dorongan atau tekanan. Distress pernafasan dan mungkin hemapto mungkin terjadi. Kondisi ini biasanya ditemukan ketika shock yang berhubungan dengan tidak adanya suara nafas atau ditemukan dullness pada perkusi di satu sisi thorak.
2. Intervensi Keperawatan
Penanganan trauma tertutup mirip dengan trauma penetrasi. Pemeliharaan jalan nafas merupakan hal utama, bantuan nafas diberikan denan oksigen suplemen high-flow dengan NRM, dekompressi dengan thorakotomi secara cepat dengan jarum dan shock dilakukan pemasangan infus dengan abocath ukuran besar serta infus kristaloid. Kemudian chest tube dipasang, biasanya midaksila pada batas putting susu (ics ke 4) dan dihubungka ke botol WSSD, dilakukan dengan trauma penetrasi thorak dan hemothorax.
3. Komorbiditas
Pada trauma tumpul selalu diikuti injuri di bawah ini :
a. Injuri thorax dengan fraktur klavikula, tulang iga, sternum dan ruptur diafragma.
b. Injury pleura yang mengakibatkan hemothorax atau pneumothorax.
c. Injury paru dengan kontusio dan kerusakan tanpa laserasi yang nyata atau robekan jaringan (perdarahan interstitail dan intraalveolar dan adanya edema)
d. Laserasi aktual paru
e. Merusak trakhea dan brokhus
f. Merusak esofagus.
g. Merusak jantung dan perikardium, cabang aorta dan cabang mayor aorta.
h. Robekan diafragma.
Pasien injury thorak harus ditriase menurut apakah injury itu :
1) mempengaruhi fungsi vital fisiologi ( 10 hingga 15 % kasus truma thorak) sehingga tidak ada waktu lagi (harus segera dibawa ke ruang operasi;
2) kondisi berat tapi tidak mengancam kehidupan dan menunjukkan vital sign yang stabil (memungkinkan untuk dilakukan foto rontgen dulu dan evaluasi);
3) mengakibatkan kerusakn pada aorta, limpa, liver, tamponade dan lain-lain) dan memerlukan monitoring ketat di tempat tidur.
Fraktur tulang iga
Fraktur lebih dari 5 buah tulang iga mengindikasikan trauma serius dengan kemungkinan besaar mengancam nyawa; tulang iga ke 4 hingga 10 sering mengalami faktur. Fraktur pada tiga pertama tulang iga biasanya serius, ketiganya dilindungi oleh skapula dan bahu; fraktur iga pertama berhubungan dengan mortalitas sekitar 40% karena sering dihubungkan dengan laserasi arteri dan vena subklavia kiri. Sekitar 90% fraktur tulang iga pertama berkaitan dengan ruftur esofagus dan dan ruptur trakhea, trauma aorta dan memerlukan observasi keperawatan yang ketat. Injuri hepatik terjadi 10 % pada injuri tulang iga bawah kanan dan injuri limfa 20% pada injury tulang iga sebelah kiri bawah.
Isolasi fraktur tulang iga biasanya tidak berbahaya; pasien jarang dilakukan kecuali 3 atau lebih tulang iga fraktur; terkecuali pada usila, Chronic obstructive pulmonary disease (COPD), atau penyakit kronis yang memiliki penurunan kapasita vital dan tidak mampu untuk membersihka sekret.
Pada fraktur iga biasanya nyeri dan dispneu sekunder. Luka memar biasanya sering terlihat dan terdengar bunyi kreakles pada empisema subkutan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
a. Tidak efektifnya pola nafas
b. Perubahan tingkat nyeri
c. Knowledge defisit : tentang nafas dalam
Intervensi Keperawatan :
1. Kontrol nyeri agar memungkinkan ventilasi adekuat dan mencegah atelektase. Hal ini penting untuk menyadari (realize) bawha sekresi meningkat pada trauma paru, edema interstitial. Menghindari tekanan pada dinding dada. Blok lokal saraf intercostal dilakukan; analgetik oral bila perlu diberikan, dan pasien dianjurkan bernafas dalam.
Blok interkostal dilakukan dari belakang ke depan sekitar satu lengan dari kolumna bertebra. Memblok 3 interkosta akan menganestesi nyeri sekitar tulang tersebut dan diatasnya serta satu dibawhnya. Kadar anestesi lokal jenis bupivacain selama 8 – 10 jam.
2. Berikan analgesik sesuai program
3. Atur posisi pasien nyaman, gunakan bantal bolster untuk mendukung.
4. Waspadai adanya sekeresi dengan trakheobronchial suction atau dengan menganjurkan batuk. Pasien dianjurkan batuk setiap 15 menit, tergantung pada banyaknya sekresi, sambil mensupportnya dengan bantal bolster (semacam guling) untuk mensupport thorak dan membantu mengurangi nyeri. Bila pasien tidak sadar, sekresi harus dibersihkan dengan orotrakheal atau nasotrakehal suction.
Pemukulan paru (flail chest)
Hal ini terjadi akibat multiple fraktur tulang iga, dengan setiap tulang iga ada 2 titik, merobek dinding dada dan membentuk “flail”. Bagian flail tersebut bergerak saat inspirasi dan terjadi ventilasi silang dengan perpindahan udara dari paru pada sisi yang dipengaruhi terhadap sisi yang tidak dipengaruhi. Pasien biasanya sianosis, takhipnea dan nyeri. Sering berkaitan dengan kontusio paru.; myikardial kontusion ataui hemopneumothorax.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada flail chest :
a. Gangguan pertukaran gas
b. Tidak efektifnya pola nafas
c. Perubahan tingkat nyeri
d. Cemas
Stabilisasi segera diperlukan untuk bentilasi adekuat dan pemberian oksigen. Intubasi dan bentilasi tekanan positif terafi yang paling efektif; oksigen konsentrasi diperlukan untuk tekanan partial oksigen yang minimal (PAO2) 80 mm Hg, penurunan cepat hingga 40% oksigen. Analggetik dan pengawasan airway sangat penting, mengontrol pemberian kristaloid intravenous untuk mencegah overhidrasi. Sebelum dipasang ventilator, pasang chest tube bila adan emfisema atau pneumothorak untuk mencegah tension pneumothorax. Pada kasus ingatlah bahwa hipoksia sering terjadi menyebabkan kegelisahan. Tindakan keperawatan lainnya :
- Monitoring secara kontinyu
- Posisi pada sisi injuri
- Pembebatan pada segmen flail dengan melawan tekanan bolster
- Secara kontinyu mengecek perfusi.
Fraktur sternum
Fraktur sternum sulit untuk melihatnya dari foto rontgen; pandangan lateral akan menunjukkan yang terbaik untuk menunjukkan adanya fraktur. Kondisi ini cukup mematikan sehingga perlu monitoring yang ketat. Bisa mengakibatkan kontusio pulmonal dan ruptur ventrikular.
Ruptur diafragma
Injuri thorak karena tabrakan dan trauma deselerasi biasanya menyebabkan ruptur diafragma. Mekanisme biasanya kompresi yang kuat pada abdomen seperti dari stir mobil atau tekanan sabuk pengaman pada perut. Bisanya diawali dengan distensi abdomen atau bahkan asimptomatik. ARDS dan nyeri terus berkembang, nyeri terus sampai ke bahu. Isi perut mengalami herniasi ke thorak menyebabkan paru dan mediastinum kompressi dengan penurunan venous return.
Diagnosa keperawatan pada ruftur diafragma :
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas bhd dg peningkatan tekanan intrathorak
b. Ganguan pertukaran gas bhb dg penurunan ventilasi
c. Penurunan kardiak output bhb dg kompressi isi abdomen
d. Nyeri bhb dg injury dan peningkatan tekanan intra thorak
Intervensi keperawatan :
- Bantu pernafasan dengan pemberian oksigen dan analisa gas darah
- Pasang NGT untuk menurunkan kompressi dan distensi perut
- Lakukan dekomressi bila ada indikasi
- Siapkan internvensi bedah.
Ruptur esofagus
Peningkatan mendadak tekanan intralumen dapat menyebabkan ruptur esofagus pada trauma pneumothorak dan harus dicurigai bila ada emfisema mediastinum. Hal ini memerlukan intervensi bedah segera dan sering menyebabkan sepsis pada mediastinum. Hal ini juga merupakan komplikasi serius. Batuk, hemoptisis, dyspnea, dyspagia dan tiba-tiba nyeri.
Ruftur trakeha atau brnkhus
Disebakan oleh pemotongan kuat akibat trauma tumpul berat, jenis trauma ini biasanya transversal, sekitar 2 cm diatas bifurkasi trakhea (carina), atau 1 cabang utama bronkhus robek sekitar 2 cm dibawah carina. Hal ini terdiagnosa dengan brnkhoskopy atau brk\nkhografi. Penanganan adan segera bedah dan perbaiki.
4. Trauma Paru dan Kontusio Paru
Biasanya injury paru menyertai tauma thorak dan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk; hal ini terjadi dengan atau tanpa adanya fraktur tulang iga atau kerusakan terhadap struktur yang lainnya. Infiltrasi atau adanya opaq pada foto rontgen dengan hipoksemia progressif merupakan tandan yang jelas, biasanya memburuk dalam 24 – 48 jam pertama setelah trauma. Kontusio pulmonal sangat penting karena akan mula-mula asimptomatis dan tiba-tiba distress pernafasan. Masalah bisa diantisipasi bila takhipnea, takhikardia, penurunan PAO2 atau penurunan tekanan partial karbondioksida muncul dikemudian.
Diagnosa keperawatan pada trauma paru :
a. Gangguan pertukaran gas bhb dg ekstravasasi darah ke jaringan paru
b. Poensial defisit volume cairan
c. Nyeri bhb dg injury/ pergerakan thorak saat nafas
d. Cemas bhd dg dyspnea
Intervensi keperawatan :
Intubasi ET dengan volume ventilator, diuretik untuk menurunkan edema septum paru dan mengontrol intake/ output. Selama ada septal hematoma, mungkin perdarahan, hemoptisis dan kasus berat, perdarahan intraalveolar dari ruftur kapiler paru. Ketika penanganan tepat, kontusio pulmonal biasanya membaik dalam 3 sampai 10 hari. Steroid diberikan untuk mengurngi edema akibat kontusio pulmonal, Pemasangan chest tube diindikasikan bila ada lserasi jaringan paru dengan adanya udara dan air, menyebabkan pneumothorax, hemothorax atau keduanya.
5. Kerusakan pada Jantung, Perikardium dan Arkus Aorta
a. Kontusio myocardial
Penyebab umum kondisi ini adalah injury oleh stir mobil, karena deselerasi mendadak (KLL). Riwayat injury ini ditemukan saat pengkajian. Injury terjadi mulai dari kontusio sederhana dengan atau tanpa infrak dari EKG hingg ruftur atrium atau ruftur komplit ventrikel; ruftur ventrikel paling sering terjadi pada laserasi jantung pada injry trauma tumpul thorak terhadap para pemakai seatbelt. Pada korban tanpa mengenakan seatbelat, dindng ventrikel kanan, memperlihatkan ujung proksimal sternum merupakan tempat tersering injury terutama akibat dorongan dari stir mobil.
Simtpon dari kontusio myokardial adalah nyeri retrosternal, nyeri angina, responsif terhadap oksigen, takhikardia, perubahan EKG, tergantung pada lokasi dan luasnya trauma. Perlu dilakukan follow up serial EKG dan enzyme. Hemoperikardium akut menyebabkan tampnade, memerlukan tindakan aspirasi segera dari katong perikadium.
b. Tamponade perikardial
Trauma masif deselerasi, laserasi luas, atau luka tembak dengan kaliber besar pada jantung, secara cepat menyebabkan fatal mengakibatkan kehilangan darah mendadak, selanjutnya terjadi tamponade perikardial. Luka kecil bagaimanapun misalnya peluru kaliber kecil, jarang menyebebakn kematian segera, tapi memerlukan intevensi emergency.
Karena perikadium tidak elastik, pasien bisa masuk pada kondisi shock atau meninggal bila volume darah perikardium mencapai 150 – 200 ml. Tanda kardiak tamponade diketahui sebagai triad Back (suara jantung muffled/spt saringan, distensi vena leher dan tekanan darah turun).
Diagnosa keperawatan pada tamponade jantung
1) defisit volume carian
2) perubahan perfusi kardiopulmonal atau perfusi jaringan perifer.
3) Penurunan kardiak output bhb dg penurunan volume sirkulasi.
4) Disritmia
5) Shock hipovolemia
Aspirasi segera sakus perikardial merupakan pertolongan pertama. Aspirasi paling sedikit 15 – 20 ml. Jarum ditusukan 3 cm sebelah kiri prosesus xipoid (titk Larrey) dan diarahkan ke bahu belakang. Dalamnya insersi biasanya mencapai 4 cm. Pasien harus dimonitor dengan oskilokop selama prosedur tersebut.
c. Ruptur aorta
Deselerasi biasanya menyebabkan ruptur aorta. Tempat yang umum ruptur adalah ½ atas thorak, distal dari arteri subklafia, titik akhir aorta thorasik descenden. Injury ini 1/6 penyebab kematian KLL . ruptur aorta ascenden sering terjadi pada hubungan dengan ruptur kardiak dan bisa terjadi tanpa fraktur skeletal; deselerasi dan tekanan tinggi.
Injury aorta harus dicurigai dan ditangani secara agresif, 80 – 90 % korban dengan injury aorta akan mati dalam 1 jam pertama setelah trauma. 10 – 20 % mengalami psedoenurysma yang sementara stabil. Intervensi bedah bisa menyelamatkan jiwa pasien.
Simptom ruptur aorta upper limb hipertensi, tidak ada atau melambatnya denyut femoral, hemothorak kiri dan reduksi urine output. Robekan yang tebal pada aorta mempercepat kematian.
Daftar pustaka
Brunner and Suddart. 1999. Medical Surgical Nursing. Ninenth ediion. Philadelphia : Lippincott
Lanros NE and Barber JM. 1997. Emergency Nursing : With Certification Preparartion dan Review. Fourt Edition. Texas : Appleton & Lange.
Lucmann and Sorensen’s. 1993. Medical Surgical Nursing : A Psychophysiologic Approach. Fourt Edition. Philadelphia : WB. Saunders.
Thomas and Selfridge J. 1995. Manual of Emergency Nursing. America : WB. Saunders.
Rabu, 14 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar